D-1: About Your Body
Tubuh manusia pada dasarnya diciptakan dari segumpal darah [1].
Pernyataan ini membuatku berpikir, "Apakah benar manusia tercipta dari benda demikian (re: segumpal darah)?"
"Bagaimana bisa manusia tercipta dari sebuah benda berupa gumpalan darah, kemudian gumpalan darah tersebut bertumbuh, berkembang, dan berubah bentuk menjadi manusia?"
Berdasarkan ilmu yang kutekuni saat ini, proses "penciptaan" manusia ternyata tidak sesederhana itu. Ada beberapa proses yang jauh lebih rumit dari yang dibayangkan sebelum terbentuk manusia itu sendiri, di mana zaman "penciptaan" manusia tersebut dimulai saat manusia berada di dalam kandungan.
Dalam pernyataan lain, disebutkan bahwa manusia diciptakan dari air mani [2].
Air mani menurut KBBI adalah cairan kental yang dikeluarkan oleh kelamin laki-laki pada saat ejakulasi. Dari definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa air mani merupakan sperma. Manusia modern bisa langsung mengamati dan menyimpulkan bahwa air mani merupakan sel-sel sperma (spermatozoa) dengan bantuan mikroskop yang canggih, yaitu mikroskop elektron jenis SEM (scanning electron microscope) maupun TEM (transmission electron microscope). Namun sebelum ditemukannya mikroskop canggih SEM dan TEM dahulu, bagaimana manusia bisa tahu bahwa air mani itu merupakan sperma, atau lebih tepatnya, "cairan kental yang mengandung sel-sel sperma"? Pada waktu itu, tidak ada yang tahu secara pasti bagaimana bentuk dari spermatozoa karena bentuk dari sel tersebut yang sangat kecil, tak kasat mata, dan alat bantu untuk melihat sel-sel sperma belum ditemukan. Tetapi, Al-Qur'an sudah menjelaskan apa itu air mani, 'bahan dasar' dari manusia, lebih dari 1.400 tahun yang lalu. Jauh sebelum mikroskop SEM dan TEM itu sendiri ditemukan. Ini adalah keajaiban.
Proses penciptaan manusia mengandung banyak keajaiban, namun juga mengandung banyak misteri yang menarik untuk ditelusuri. Ilmu pengetahuan alam atau sains modern berusaha menelusuri "keajaiban" tersebut pada cabang ilmu hayat yang disebut embriologi. Embriologi merupakan cabang ilmu biologi yang mempelajari seputar embrio, baik embrio pada hewan maupun pada manusia.
Keajaiban penciptaan manusia dimulai pada tahap paling awal, yaitu ketika sel-sel sperma memasuki vagina. Dalam vagina, sel-sel sperma harus menghadapi lingkungan ekstrem berupa lingkungan dengan tingkat keasaman tinggi, pH kurang dari 7. Tingkat keasaman tinggi dari sekreta vagina dapat merusak, menghancurkan, atau bahkan dapat melarutkan komponen-komponen yang dimiliki oleh sel sperma. Beruntung, sel sperma disekresikan bersama sekreta lain berupa cairan semen dimana cairan semen ini memiliki sifat basa dengan pH lebih dari 7. Sifat basa dari cairan semen dapat menetralisir sifat asam dari sekreta asam dari vagina. Sel-sel sperma yang lolos dari keasaman sekreta vagina kemudian melanjutkan perjalanannya menuju leher rahim (serviks). Di sisi lain, apabila sel sperma dikeluarkan bersama sekreta berupa cairan semen dengan tingkat keasaman tinggi, maka didapatkan sel sperma mati ataupun dengan komponen sel sperma yang rusak. Tentunya, semakin asam cairan semen, maka akan memperburuk kualitas dari sel sperma.
Keajaiban berikutnya adalah ketika sel sperma memasuki leher rahim (serviks). Serviks merupakan salah satu bagian eksternal dari genital wanita. Sebagai bagian eksternal dari sebuah organ kewanitaan, serviks berperan dalam melindungi bagian-bagian internal dari organ kelamin wanita yang lain, seperti uterus, tuba fallopi, indung telur (ovarium), dan sebagainya. Ketika sel-sel sperma masuk ke serviks, serviks menyadari keberadaan sel sperma tersebut dan mengenalinya sebagai benda asing yang berbahaya. Reseptor pada serviks kemudian mengirimkan sinyal kepada sistem imun tubuh wanita untuk melakukan perlawanan terhadap sel-sel sperma yang masuk ke dalam serviks.
Berbagai macam sel darah putih pun dikerahkan untuk menjebak dan memakan sel-sel sperma yang masuk ke dalam serviks. Di sinilah proses seleksi alam secara besar-besaran terjadi. Sekian juta sel sperma gugur dan menjadi santapan sel darah putih dari tubuh wanita. Namun, masih ada sel sperma yang dapat bertahan hidup dan berhasil lolos dari kejaran sel darah putih. Sel sperma yang telah lolos dari kejaran sel darah putih melanjutkan perjalanannya menuju tuba fallopi, letak dimana sel telur (ovum) berada.
Perjalanan sel sperma menuju tuba fallopi merupakan perjalanan panjang untuk sel ukuran sel sperma. Selain itu, perjalanan tersebut juga menghabiskan banyak energi. Lagi-lagi, seleksi alam pun terjadi. Banyak sel sperma yang gugur karena kehabisan energi dalam perjalanan tersebut dan menyisakan sepersekian sel sperma yang dapat melanjutkan perjalanannya kembali menuju proses fertilisasi.
Sebelum proses fertilisasi terjadi, sel-sel sperma harus melewati proses kapasitasi dan reaksi akrosom. Proses kapasitasi merupakan proses dimana sel-sel sperma menetap di dalam rongga genital wanita selama beberapa lama, tepatnya sebelum sel sperma siap membuahi ovum. Selama dalam tahap kapasitasi, sel sperma mengalami perubahan fungsi fisiologis dimana bahan pelapis membran sel sperma akan terlepas secara perlahan, terutama pada bagian akrosom. Pelepasan sel sperma saat kapasitasi mempermudah sel sperma untuk melakukan interaksi dengan reseptor pada sel telur, yaitu zona pelusida, pada saat fertilisasi.
Sel-sel sperma yang mengalami kapasitasi sebagian atau tidak mengalami kapasitasi sama sekali akan mengalami kegagalan fertilisasi. Sedangkan sel-sel sperma yang mengalami kapasitasi maksimum dapat membuahi sel telur dalam waktu yang relatif singkat, yakni 30 hingga 60 menit [3]. Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa seleksi alam kembali menyisihkan sel-sel sperma yang mengalami kapasitasi parsial atau tidak mengalami kapasitasi sama sekali. Hanya sel-sel sperma yang berkapasitas penuh yang dapat melanjutkan fertilisasi dengan ovum.
Proses fertilisasi terjadi di dengan lima tahapan, diantaranya adalah penembusan lapisan korona radiata pada ovum; menempelnya sperma pada zona pelusida ovum; reaksi akrosom; penembusan zona pelusida; dan terjadinya fusi antara ovum dengan sel sperma [4]. Hasil akhir fertilisasi, yaitu:
1. Pemulihan jumlah kromosom zigot
Sel sperma dan ovum masing-masing memiliki kromosom haploid (n). Setelah kedua sel tersebut berfusi menjadi zigot, maka dihasilkan zigot dengan kromosom diploid (2n) berjumlah 23 pasang (22 pasang kromosom tubuh/autosom + 1 pasang kromosom kelamin/gonosom).
2. Penentuan jenis kelamin
Jenis kelamin individu yang ditentukan dari kromosom yang dibawa oleh sel sperma. Ovum membawa kromosom X, sedangkan sel sperma membawa kromosom X atau Y. Apabila sel sperma dengan kromosom X membuahi ovum, maka dihasilkan jenis kelamin zigot perempuan (XX). Apabila sel sperma dengan kromosom Y membuahi ovum, maka dihasilkan zigot dengan jenis kelamin laki-laki (XY).
3. Dimulainya pembelahan sel
Setelah melewati fase fertilisasi, zigot melakukan pembelahan secara mitosis (cleavage). Selanjutnya, sel yang mengalami mitosis ini membentuk massa padat yang disebut morula.
Morula tersebut melakukan perjalanan dari tuba fallopi menuju dinding uterus. Dalam perjalanan menuju uterus, sedikit demi sedikit cairan masuk ke dalam morula sehingga terbentuklah blastocyst. Blastocyst kemudian melakukan implantasi pada dinding uterus pada hari ke-6 setelah fertilisasi. Pada fase ini, blastocyst sudah memiliki sekitar 200 buah sel.
Setelah fase implantasi dan nidasi, blastula kemudian membelah kembali menjadi gastrula. Selanjutnya, gastrula membentuk embrio yang mulai memiliki organ sederhana. Kemudian setelah organ terbentuk, embrio terus berkembang menjadi fetus secara bertahap. Hingga sekitar minggu ke-36 hingga minggu ke-42, bayi akan siap dilahirkan.
Pernyataan pertama yang yang kukutip pada paragraf awal, aku dapatkan dari QS. al-Alaq ayat 2, bahwa sesungguhnya manusia tercipta dari segumpal darah (علق). Kata علق dalam bahasa Arab ditafsirkan sebagai seekor lintah, darah beku, (benda) bergantung atau melekat, ataupun tanah yang melekat pada tangan seusai membajak tanah. "Benda melekat" tersebut dalam embriologi merujuk pada blastocyst, dimana blastocyst merupakan massa yang melekat pada dinding uterus dimana massa tersebut melakukan implantasi serta nidasi [5].
Hal yang menarik adalah bahwa Al-Qur'an telah menyebutkan proses penciptaan manusia lebih dari 1.400 tahun yang lalu. Pada saat itu, ilmu sains belum berkembang maju dan secanggih sekarang. Namun, Al-Qur'an telah menganalogikan salah satu proses penciptaan manusia sebagai "gumpalan darah" atau blastocyst jauh sebelum manusia itu sendiri paham benar apa itu blastocyst. Kini seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan semakin berkembang dan keajaiban-keajaiban baru terus terkuak, termasuk dengan terkuaknya rahasia dibalik penciptaan manusia.
Berdasarkan penjelasan dari proses pembentukan manusia, aku berpikir:
"Ah, ternyata sebegitu rumit proses pembentukan individu baru sebelum individu tersebut dilahirkan."
Pun, tak terkecuali tubuhku yang tercipta dari benda yang sama, dari "segumpal darah" blastocyst yang melekat di dinding rahim. Blastocyst yang memiliki bentuk jauh berbeda dengan yang sekarang, blastocyst yang melewati berbagai proses hingga terbentuklah sebuah fetus hingga ia siap dilahirkan.
Sesuai dengan tema challenge kali ini, bahwa tubuh ini awalnya merupakan dari blastocyst yang terbentuk dari berbagai proses yang rumit. Harus kusadari bahwa tubuh ini telah melewati berbagai macam persaingan dan seleksi alam sebelum tubuh ini benar-benar terbentuk secara utuh seperti sekarang. Ternyata, Al-Qur'an menjawab bagaimana asal-usul tubuh manusia sebelum manusia tersebut dilahirkan, lebih dari 1.400 tahun yang lalu.
MasyaAllah.
[1] QS. al-’Alaq (96) ayat 2
[2] QS. al-Mu’minun (23) ayat 13
[3] Susilawati, T. 2011. Spermatologi. Malang: UB Press.
[4] Retnowati, Y., I. Yulianti, dan R. Ariyanti. 2020. Pengantar Asuhan Kehamilan. Thesis Commons. doi:10.17605/OSF.IO/ABH39.
[5] Nasution, A. H. 2020. Embriologi Manusia dalam Perspektif Al-Qur'an. Nizhamiyah 10(2): 72-86.
Komentar
Posting Komentar